Perpustakaan Unsyiah, mendobrak stigma kuno perpustakaan

Suara lonceng menggema di seantero sekolah. Sorakan riang turut bersambut diiringi derap langkah kaki berhamburan keluar kelas. Jam istirahat sudah tiba, kebanyakan siswa akan segera menuju kantin sekolah, memadamkan rasa lapar dan melepas penat setelah sedari pagi dijejali berbagai macam topik pelajaran. Tapi, ada dua siswa yang berbeda, mereka tidak menuju kantin seperti yang lainnya.  Melainkan tetap berada di ruang kelas, sibuk  menghabiskan bekal yang mereka bawa dari rumah.

“Habis ini kita ke Perpus ya, aku udah selesai baca cerita yang ini. Mau ganti ke judul yang ku ceritain kemarin” Kata gadis pertama sambil terus sibuk menjejalkan tempe dan nasi ke mulutnya.

“Ayok, makanya cepetan habisin bekalnya. Keburu bel masuk nanti kita nggak bisa lama-lama milih buku baru. Kata Pak Rahmat ada banyak buku cerita baru datang dari kota hari ini” Jawab gadis kedua yang sudah selesai makan duluan.

Tak lama, makanan dalam kotak bekal sudah habis tak bersisa, Lalu keduanya berlari riang menuju perpustakaan sekolah.

Cerita diatas adalah potongan kenangan yang masih saya ingat saat masa sekolah SMP dulu. Perpustakan bagi saya dan Rani, sahabat saya kala itu,  bukan hanya tempat untuk belajar atau mencari referensi tugas saja. Tapi juga tempat untuk menyalurkan kecintaan kami pada membaca, tempat favorit untuk menikmati berbagai kisah yang dihadirkan penulis melalui buku. Kami tinggal di desa jauh dari kota kala itu, tidak ada toko buku, bioskop atau pertunjukan musik yang bisa menjadi penghibur diantara padatnya jadwal sekolah, les dan ekstrakulikuler. Sehingga membaca berbagai kisah dari buku cerita yang disediakan oleh perpustakaan sekolah merupakan satu-satunya hiburan untuk kami. Perpustakaan bagi kami saat itu menjadi tempat paling menyenangkan untuk mencari hiburan bagi diri.

Sayangnya kini, anggapan masyarakat tentang perpustakaan  tidaklah  sama dengan apa yang dulu kami pahami. Anggapan masyarakat secara umum ketika  mendengar kata perpustakaan adalah tempat yang sepi, sunyi, kuno dan membosankan. Belum lagi stigma lain yang memandang bahwa perpustakaan hanya cocok bagi mereka yang jenius, kutu buku dan lainnya.

UPT Perpustakaan Unsyiah

Zaman memang telah berubah. Teknologi dan internet menyebabkan berbagi aspek kehidupan mengalami perubahan pesat. Tak terkecuali akses masyarakat terhadap berita dan informasi,  internet dalam hal ini khususnya sosial media memberi kemudahan bagi masyarakat awam untuk mencipta dan menyebar berita secara bebas.Melalui status Facebook, Theard Twitter, Instagram dan platform sosial media lainnya, informasi entah itu valid atau tidak dapat dibuat dan disebar luas dengan mudah hanya dalam hitungan detik saja.

Tidak hanya menciptakan dan menyebar, kemudahan lain yang ditawarkan internet adalah mudahnya mendapatkan informasi. Dengan bantuan Google  misalnya, sang mesin pencari canggih ini  mampu membantu menemukan informasi apapun yang tersebar melalui internet dengan cepat bahkan hanya dalam kedipan mata saja.

Kemudahan ini sayangnya menjadikan informasi tercipta dan tersebar tanpa filter. Fenomena munculnya berita Hoax adalah contohnya. Mudahnya berita hoax tersebar juga dipengaruhi oleh masyarakat yang belum membekali diri dengan keterampilan literasi. Keterampilan literasi adalah kemampuan dalam mencari  informasi, menemukan, mengevaluasi, membuat, memaparkan, hingga menyebarkan kembali informasi tersebut.

Dalam hal inilah  perpustakaan kemudian dapat mengambil peran. Perpustakaan dapat berperan dengan ikut berinovasi mengikuti perkembangan zaman. Sama halnya dengan bidang lain yang terkena imbas perubahan teknologi,  perpustakaan juga perlu melakukan Disrupsi melalui inovasi-inovasi yang menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat akan informasi. Salah satunya dengan menyediakan layanan digital  yang dapat diakses secara online melalui website atau platform online lainnya. Layanan digital yang dapat diakses dengan mudah dapat membantu mempopulerkan ke masyarakat bahwa ada sumber informasi valid dari berbagai buku jurnal, buku, makalah  yang tersedia di perpustakaan. Hal ini tentu akan sangat membantu masyarakat ketika butuh rujukan valid untuk menangkal terus tersebarnya berita hoax  di dunia maya.

Kedua, Indonesia saat ini memiliki penduduk yang hampir 30 % diisi dengan generasi millenial yang berusia produktif. Generasi Millenial yang saat ini berusia rata-rata antara 20-40 tahu,  kebanyakan berstatus  mahasiswa atau karyawan aktif. Mereka adalah  konsumen potensial yang dapat diajak untuk menghidupkan kembali perpustakaan.  Usia yang produktif ini tentunya sangat membutuhkan banyak referensi informasi untuk menunjang pekerjaan atau tugas-tugas kuliah. Sehingga seharusnya perpustakaan bisa menjadi tempat tujuan mereka dalam menemukan sumber referensi terpercaya.  Problematika yang kemudian muncul adalah generasi ini memiliki karakteristik berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi millenial memiliki karakteristik seperti pada Infografis berikut:

Generasi millenial adalah generasi yang dinamis dan selalu ingin serba cepat, mereka juga mampu memanfaatkan waktu secara efisien namun tetap produktif, hal ini karena millenial terbiasa menggunakan bantuan teknologi seperti smartphone, laptop dan internet yang bisa memudahkan mereka dalam mengerjakan berbagai tugas dan aktivitas harian. Selain itu generasi ini juga sangat bergantung pada sosial media, ketika mencari informasi rujukan utama yang sering mereka gunakan adalah informasi dari sosial media. Dengan karakteristik millenial yang terbiasa menggunakan teknologi dan sangat bergantung pada sosial media versus stigma perpustakaan yang masih dianggap kuno, sepertinya cukup sulit untuk bisa mengajak generasi ini menghidupkan kembali geliat perpustakaan.

Untuk menggeser stigma ini, perpustakaan dapat mengambil peran kedua dengan melakukan re-branding. Perpustakaan perlu mengubah image-nya bukan hanya sekedar tempat mencari atau membaca buku dengan suasana yang sepi dan membosankan,  Namun perpustakaan juga bisa dinikmati sebagai tempat mencari informasi entah itu melalui buku, atau jurnal dengan suasana yang lebih modern dengan bantuan teknologi seperti komputer dan internet. Perpustakaan juga perlu menambahkan fasilitas yang dapat memikat millenial untuk terus berkunjung. Fasilitas memikat ini salah satu contohnya dengan mendirikan  sebuah pusat komunitas,  yaitu tempat yang dapat dijadikan  para millenial untuk berkumpul guna meramu ide bersama, mengeksekusi ide tersebut lalu lahirlah karya baru yang jitu dari perpustakaan atau perpustakaan sebagai makerspace.

Menjadi Modern Library  adalah salah satu inovasi jitu bagi perpustakaan agar dapat dilirik kembali oleh masyarakat utamanya generasi millenial. Salah satu perpustakaan di luar negeri yang telah menerapkan inovasi ini  adalah  Perpustakaan Umum Boston atau Boston Public Libabry , perpustakaan yang telah berdiri sejak tahun 1852 ini  telah melakukan inovasi terhadap layanan dan fasilitasnnya.  Mari kita tengok foto-foto fasilitas dalam area Teen Central milik Perpustakaan Umum Boston berikut ini:

 

 

Jika melihat foto-foto diatas, adakah kesan kuno dan membosankan? Rasanya tidak. Malah awalnya saya sendiri kurang percaya bahwa Teen Central ini adalah bagian dari perpustakaan.

Perpustakan Umum Boston menghadirkan Teen central sebagai upaya untuk menarik minat generasi muda agar mau berkunjung ke perpustakaan . Teen Central merupakan sebuah area yang diperuntukan bagi remaja untuk berkumpul dan menikmati aneka fasilitas canggih ala millenial di perpustakaan. Teen Central memiliki banyak fasilitas baru yang dapat memikat anak muda untuk berkujung ke perpustakaan, diantaranya tersedianya area terbuka dengan banyak booth makanan, buku-buku yang dihiasi mesin tik yang unik. Ada lounge untuk bermain video game, ruangan komputer canggih, dan media Lab. Teen library ini menjadi tempat menarik bagi remaja amerika untuk datang dan berkumpulnya demi  mencari ide, meramu dan mengkesekusinya bersama-sama lalu lahirkan sebuah karya yang luarbiasa.

Teen Central ini adalah bentuk re-branding Perpustakaan Umum Boston untuk menghidupkan kembali perpustakaan dengan berinovasi mengikuti karakteristik millenial yang modern, dinamis dan dekat dengan teknologi.

Lalu bagaimana dengan di indonesia? Apakah perpustakaan di indonesia juga telah melakukan inovasi seperti halnya Perpustakaan Umum Boston?

UPT Perpustakaan Unsyiah Adalah salah satu perpustakaan modern di Indonesia yang berada di lingkungan Universitas Syiah Kuala atau Unsyiah. Perpustakaan ini dikatakan sebagai perpustakaan modern karena telah melakukan  banyak inovasi yang berkaitan dengan literasi dan pelayanan perpustakaan.

Saya sendiri memang belum berkesempatan untuk datang langsung berkunjung ke UPT Perpustakaan Unsyiah, namun melalui riset tentang Perpustakaan Unsyiah  untuk keperluan artikel ini, banyak hal yang membuat saya berdecak kagum akan fasilitas dan inovasi  yang terus dilakukan UPT Perpustakaan Unsyiah demi terus meningkatkan pelayanan bagi sivitas akademika di lingkungan Unsyiah.  Berkat terus meningkatnya inovasi dan fasilitas ini  maka tak heran jika Perpustakaan Unsyiah dijadikan sebagai perpustakaan percontohan bagi universitas lainnya. Seperti misalnya UIN Sumatera Utara Medan dan STIE PERBANAS Surabaya yang sempat melakukan kunjungan ke UPT Perpustakaan Unsyiah.

Dalam upayanya untuk terus berinovasi dalam meningkatkan layanannya, UPT Perpustakaan Unsyiah menerapkan konsep Educate, Captivate dan Connect. Konsep ini diterapkan demi menjadikan Perpustakaan Unsyiah sebagai pusat informasi yang kredibel dan terkemuka atau Educate, Captivate yang artinya memiliki banyak fasilitas yang dapat memikat mahasiswa untuk terus berkunjung ke perpustakaan dan juga Connect yang artinya Perpustakaan Unsyiah juga berusaha menjadi penghubung antara masyarakat dengan layanan informasi yang tersedia di perpustakaan. Nah bagaimanakah Perpustakaan Unsyiah berusaha merealisasikan ketiga konsep tersebut dalam layanan dan fasilitasnya, mari simak ulasan lengkap tentang Perpustakaan Unsyiah berikut ini:

1.Educate : Pusat Informasi Modern Berbasis Digital

 

“Menjadi pusat informasi ilmiah terkemuka dan berdaya saing di Asia Tenggara”

 

Adalah visi yang ingin dicapai oleh UPT Perpustakaan Unsyiah. Visi yang tidak hanya sekedar teori karena UPT Perpustakaan Unsyiah  berusaha untuk merealisasikannya melalui beberapa gerbakan nyata.

Yang pertama Perpustakaan Unsyiah telah memperoleh sertifikasi ISO 27001 pada bidang Keamanan Informasi Sistem Perpustakaan dengan aplikasi Online Public Access Catalog (OPAC), Open Educational Resources (EOR), dan Room Booking. Melalui sertifikasi ini sistem informasi yang digunakan oleh perpus unsyiah  dalam layanan digitalnya dinyatakan aman, terjaga kerahasiaan dan dapat diakses tanpa interupsi oleh banyak pengguna. Akses tanpa interupsi  ini contohnya jika terjadi gangguan pada server sistem Perpus Unsyiah karena mati listrik maka layanan online seperti OPAC di sistem UILIS Unsyiah tetap bisa diakses karena sistem secara otomatis dialihkan pada server lain yang berada di Singapore.

Kedua, UPT Perpustakaan Unsyiah telah mengembangkan  sebuah Portal Layanan Digital   yaitu UILIS Portal atau Unsyiah Integrated Library information System. UILIS Portal adalah sistem informasi berbasis web yang menjadi pintu gerbang untuk mengakses berbagai layanan informasi yang disediakan oleh Perpustakaan Unsyiah, baik itu berupa  buku, jurnal, thesis, e-book, pustakan TV, melakukan room booking atau booking buku dan  layanan lainnya yang bisa diakses secara online.

Kabar baiknya lagi, Portal UILIS ini juga tersedia dalam versi mobile application yang bisa di install di sistem operasi andorid dan IOS. Versi mobile ini semakin dapat menjaring banyak anggota pustakan baru karena bisa diakses dengan mudah hanya melalui genggaman tangan saja.

 

Ketiga, dalam upayanya untuk menjadi pusat informasi terkemuka, UPT Perpustakaan Unsyiah juga menyediakan fasilitas pemimjaman buku menggunakan Mesin Peminjaman Buku Mandiri. Melalui mesin ini anggota pustaka dapat lebih mudah melakukan proses peminjaman buku tanpa perlu antri lama. Proses peminjamannya juga sangat mudah yaitu cukup dengan membawa buku yang akan dipinjam dan kartu identitas, lalu lakukan scan barcode kartu identitas, letakan  buku pada tempat peminjaman dan klik tombol SELESAI pada layar. Kemudian ambil slip peminjaman. Praktis sekali ya, tanpa ribet dan antri sama sekali.

Oh iya tidak hanya peminjaman bukunya saya yang berbasis digital, bahkah pembayaran denda bukunya juga sudah menggunakan Cashless Payment. Sistem cashless ini diberlakukan guna mengatasi permasalahan yang ada sebelumnya yaitu kerepotan yang dialami staff perpustakaan dalam menangangi denda yang jumlahnya kecil-kecil dan susah mendapatkan uang kembalian, resiko kehilangan uang denda juga sangat besar. Dengan sistem cashless ini nominal denda yang kecil akan langsung masuk ke rekening UPT Perpustakaan Unsyiah, sistem ini juga memudahkan dalam membuat laporan keuangan bagi staff perpustakaan karenya datanya telah di-record oleh sistem.

Berkat peningkatan dan inovasi yang dilakukan oleh UPT Perpustakaan Unsyiah, banyak dampak positif yang mulai terasa, dua diantaranya adalah meningkatnya jumlah pageview ETD Online yang mencapai 5Juta Pageview dan juga meningkatnya jumlah peminjam buku sejak tahun 2017.

 

Hal ini membuktikan bahwa inovasi  yang dilakukan UPT Perpustakaan Unsyiah demi merealisasikan visinya menjadi menjadi Pusat Informasi Modern mulai terwujud secara nyata.

2.Captivate : Menyediakan aneka fasilitas kekinian

Hal kedua yang tidak kalah inovatifnya bukan hanya layanan digitalnya yang modern tapi UPT Perpustakaan Unsyiah juga menyediakan berbagai fasiltas yang sangat kekinian dengan ciri khas anak muda. Semua fasilitas ini bisa menjadi magnet penarik bagi mahasiswa maupun masyarakat umum untuk berkunjung ke perpustakaan. Nah, Memang ada fasiltas menarik apa saja di Perpustakaan Unsyiah, Mari simak berikut ini

  • Libricafe

UPT Perpustakaan Unsyiah menyediakan Warkop atau warung kopi yang lebih dikenal dengan Libricafe. Libricafe ini sering dipadati pengunjung untuk nongkrong asik setelah lelah mencari berbagai informasi dari buku di ruang baca. Libricafe juga memiliki fasiltas Wifi yang kecang sehingga tidak heran kalau Libricafe selalu ramai dengan pengunjung karena bisa nongkrong sambil ditemani kopi panas,  gadget dan wifi di  dalam gengaman tangan.

Tidak hanya  digunakan untuk nongkrong saja, Libricafe juga kerap digunakan sebagai tempat berbagai acara literasi yang diselenggarakan, salah satu acaranya adalah Mendongeng Anak Anteuk Aceh dan Acara  Relax And Easy. Relax and easy merupakan acara rutin yang mewadahi  mahasiswa untuk tampil menujukan bakat dan kreatifitasnya.

  • Ruang Theater

Fasilitas lain dari UPT Perpustakaan Unsyiah yang tak kalah memikat adalah adanya  Ruang Multimedia yang berada di Ruang Ganto Multimedia Center. Ruang multimedia ini sering digunakan untuk nobar atau nonton bareng pertunjukan film.

Wah betul- betul asik ya fasilitas yang disediakan oleh UPT Perpustakaan Unsyiah.

  • Perpustakaan sebagai Makerspace

“It soon becomes clear that library  not just a cool place to hang out. It’s bigger than that. Things are cooking. The recipe is simple: add one part creative teens and one part cutting-edge design technology, shake, leave alone and see what explodes out”

Jessi Snow ( Teen Services Team Leader for The Central Library of the Boston Public Library)

Apa yang disampaikan oleh Jessi Snow telah terjadi juga di UPT Perpustakaan Unsyiah. Perpustakaan bagi mahasiswa Unsyiah bukan hanya tempat untuk mencari sumber referensi informasi atau membaca buku, Namun perpustakaan juga sebagai makerspace. Yang dimaksud dengan makerspace adalah perpustakaan juga dijadikan  sebuah tempat untuk berkumpul, meramu dan mendiskusikan ide hingga menghasilkan karya. Mahasiswa dapat menggunakan ruangan perpustakaan sebagai tempat berkumpul untuk mengerjakan tugas bersama atau membuat workshop karya seni.

Contohnya yang dilakukan oleh mahasiswa arsitektur Unsyiah yang mengerjakan tugas membuat maket di Perpustakaan.

Atau yang juga dilakukan oleh Sarah Azeda, yang mana ia menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang cocok digunakan untuk melakukan live oder barang-barang kerajinan tangan yang dibuatnya.

 

3.Connect : Menghubungkan layanan informasi dengan masyarakat luas

“Indahnya mutiara tidak akan terlihat jika ia masih berada dalam cangkang”

Kutipan diatas rasanya tepat untuk menggambarkan sebuah tempat yang indah tidak akan bisa dinikmati oleh banyak orang jika tidak diperkenalkan ke masyarakat luas.  Begitupun dengan UPT Perpustakaan Unsyiah, . Fasilitas yang informasi yang modern, memikat, lengkap tidak akan bisa dinikmati banyak orang jika tidak aktif diperkenalkan. Oleh karenanya , UPT Perpustakaan Unsyiah telah memanfaatkan sosial media secara aktif  untuk terus memperkenalkan dan memberikan informasi yang update ke masyarakat. Sosial media yang dimiliki UPT Perpustakaan Unsyiah cukup banyak, ada Instagram, Facebook, Twitter hingga Youtube.

 

 

Melalui informasi yang terus di-update lewat sosial media, Masyarakat luas tidak hanya kalangan sitivas akademika Unsyiah juga bisa mengenal apa saja layanan dan fasilitasnya. Harapannya setelah dikenal luas maka akan berdampak pada meningkatnya jumlah kunjungan ke perpustakaan maupun meningkatnya pengguna yang mengakses layanan informasi digitalnya. Melalui  sosial media pula,  semoga kritik, saran yang membangun bisa diberikan oleh masyarakat agar memotivasi UPT Perpustakaan Unsyiah untuk terus melakukan perbaikan dan peningkatan layanan ke depannya.

Gebrakan yang dilakukan oleh UPT Perpustakaan Unsyiah tidak hanya seputar peningkatan layanan dan fasilitasnya saja. UPT Perpustakaan Unsyiah juga berupaya untuk mengenalkan perpustakaan sebagai tempat meraih banyak prestasi.

Hal ini UPT Perpustakaan Unsyiah wujudkan melalui terselenggaranya Unsyiah Library Fiesta atau ULF. Unsyiah Library Fiesta merupakan acara tahunan rutin  dimana dalam acara tersebut berbagai lomba dan penghargaan yang berkaitan dengan literasi diadakan.  Tahun ini Unsyiah juga kembali mengadakan Unsyiah Library Fiesta 2020, di Unsyiah Library Fiesta 2020 aneka lomba akan selenggarakan yang diantaranya :

  • Blog Competition
  • Baca puisi
  • Shelving Contest
  • Fotografi
  • Akustik
  • Debat Bahasa Indonesia

Berbagai lomba dalam Unsyiah Library Fiesta 2020 tidak hanya bisa diikuti mahasiswa Unsyiah namun bisa juga di ikuti masyarat dari dalam maupun luar daerah Provinsi Aceh.

Tidak hanya lomba, di acara ini juga terdapat apresiasi bagi Dosen yang aktif menyebarkan semangat literasi dan juga bagi Mahasiswa yang aktif berkunjung dan meminjam buku di perpustakaan.

Lomba dan apresiasi ini menjadi bukti bahwa perpustakaan tidak hanya tempat mencari informasi tapi juga bisa jadi tempat mendulang banyak prestasi.

UPT Perpustakaan Unsyiah dengan semua fasilitas dan layanan yang mengusung konsep educate, captivate dan connect telah mampu mendobrak stigma lama yang mengganggap perpustakaan sebagai tempat yang kuno dan membosankan. Melalui konsep ini pula UPT Perpustakaan Unsyiah telah mampu melakukan re-branding menjadi perpustakaan modern yang dicintai generasi Millenial.

 

Salam 

Titik Wihayanti

——————-

Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Unsyiah Library Fiesta 2020 yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Universitas Syiah Kuala.

Sumber Referensi :

http://library.unsyiah.ac.id/edisi-ix-sep2018/

http://library.unsyiah.ac.id/

http://uilis.unsyiah.ac.id/

https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/9acde-buku-profil-generasi-milenia.pdf

https://www.perpusnas.go.id/news-detail.php?lang=id&id=180423100908Lj2C50QqH4

http://library.unsyiah.ac.id/perpustakaan-unsyiah-lulus-sertifikasi-iso-27001-satu-satunya-ptn-di-indonesia/

https://www.industrialtimes.net/2016/11/uilis-mobile-kemudahan-meminjam-buku-di.html

http://library.unsyiah.ac.id/mudahnya-meminjam-buku-dengan-mesin-peminjaman-mandiri/

http://library.unsyiah.ac.id/tahun-ajaran-baru-perpustakaan-unsyiah-terapkan-sistem-baru-pembayaran-denda/

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9 thoughts on “Perpustakaan Unsyiah, mendobrak stigma kuno perpustakaan

  1. Wah aku terpana sih sama perpustakaan yang sekeren ini, stigma perpus itu kuno dan sepi langsung terbantahkan ya. Apalagi bisa buat berkumpul membuat karya, biasanya kan kesannya kaya ga boleh berkerumun atau kedengeran ngobrol keren nih Perpustakaan Unsyiah

  2. Satu hal yang pasti sih. Dulu, yuni ke perpus juga sering dikatain kutu buku. Hehehe

    Tapi kalau perpusnya kayak perpustakaan unsyiah sih, mereka nggak bakal ngomong begitu ya… Hehehe

  3. Zaman now kalau perpustakaannya masih zadul kayak dulu ya memang gak bakal diminati sih. Musti go online. Mesti full fasilitas internet. Musti connect dengan masyarakat. Baru deh, pembaca bakal betah.

  4. Keren deh perpusnya Unsyiah. Bukan cuma tempat baca buku, tapi betul2 jadi pusat trend edukasi di kampus. Pantesan kalo jadi tempat favorit. Semoga menular ke perpus lainnya ya…

  5. Kalo perpustakaan nya sekeren ini bikin kita yang berkunjung betah berlama-lama disana ya mba. Anak-anak juga jadi gak mudah bosan dan bisa tertarik juga untuk mengunjungi perpustakaan yg kece seperti itu. Semoga dengan begini bisa meningkatkan produktivitas literasi kita ya mba

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *