5 Langkah mengantisipasi ancaman bencana kekeringan tahun 2020

antisipasi bencana kekeringan 2020

Awal tahun 2020 lalu, usai menghadiri kondangan rekan kerja suami di pusat kota Bandung, kami sampai di rumah dengan kondisi sangat kelelahan sehabis menempuh perjalanan menerjang banjir yang menggenangi jalan Raya Rancaekek khususnya di depan Pabrik Kahatex. Perjalanan pulang yang seharusnya bisa ditempuh dalam 1 jam, kali itu bisa molor hingga 3 jam.  Kami sudah mencoba berputar mencari alternatif jalan di perkampungan tapi ternyata sama saja, kini banjir tidak hanya menggenangi jalan raya saja tapi jalan alternatif pun sudah mulai tergenang air. Meskipun banjir yang menggenangi jalan hanya setinggi betis orang dewasa tapi ini cukup menganggu mobilitas warga yang ingin bepergian menggunakan kendaraan. Apalagi kendaraan roda dua seperti yang kami pakai saat itu.

Lokasi rumah kami berada di kecamatan Rancaekek, Kab. Bandung. Kalau misalnya bertemu orang lalu ditanya rumahnya dimana? Kadang rasanya malas mau menjawab. Karena biasanya akan ada komentar “Oh, Rancaekek yang sering banjir itu ya”,  Kadang sebal. Tapi mau bagaimana lagi, faktanya memang demikian. Kawasan Rancaekek memang langganan banjir, banjir karena adanya kiriman air dari daerah atas Jatinangor, Sumedang. Kiriman air ini sayangnya terlalu besar volumenya sehingga sungai-sungai yang berada di kawasan Rancaekek dan Majalaya sering meluap dan menggenangi kawasan ini.

banjir di rancaekek dari tahun ke tahun

Kondisi banjir yang lebih parah dialami kembali pada akhir Februari 2020 lalu. Daerah sekitar Rancaekek yaitu Jatinangor dan Cicalengka diterpa banjir bandang, Banjir bandang ini berasal dari longsoran tanah di kawasan atas Jatinagor serta meluapnya sungai Cikreuh yang berada di sumedang. Masih ingat sekali saat itu, suasana di komplek perumahan saya sangat mencekam. Malam kami tidak bisa tidur karena takut banjir bandang tersebut juga melintasi daerah kami. Syukur alhamdulillah pagi datang dan daerah kami terselamatkan. Luapan sungainya berbelok ke Cicalangka. Namun, Esoknya kami mendapat kabar bahwa Rancaekek dikepung banjir di segala penjuru. Dari mulai Jatinangor, Cicalengka dan Majalaya tergenang banjir sehingga akses warga untuk bisa keluar-masuk Rancaekek jadi terputus.

antisipasi bencana kekeringan 2020

Banjir adalah bencana yang selalu mengintai kami warga Rancaekek saat musim penghujan datang. Saat musim penghujan air sangat melimpah hingga menyebabkan banjir dimana-mana.

Namun, Lucunya saat musim kemarau Rancaekek justru sering kekeringan. Contohnya saat musim kemarau tahun 2019 lalu, air sumur di rumah saya menyusut bahkan nyaris kering saat musim kemarau. Pompa tidak mampu menyodot air dari sumur. Air yang keluar dari pompa juga sangat kotor dan tidak bisa dipakai untuk keperluan domestik rumah tangga. Dan karena layanan PDAM belum menjangkau daerah tempat tinggal saya maka untuk kebutuhan mandi, memasak dan lainnya, saya harus membeli 6 galon air dengan biaya 30.000 perharinya. Biaya yang jujur cukup memberatkan.

Tidak hanya di rasakan oleh rumah tangga. Saat kemarau, kekeringan juga dirasakan oleh para petani di Rancaekek. Air hujan yang menjadi sumber pengairan sawah sulit diperolah karena kemarau panjang yang sempat melanda kawasan kabupaten Bandung sejak april 2019.Menurut laporan Republika.com, ada sekitar 140 Hektar lahan yang mengalami kekeringan saat musim kemarau panjang tahun lalu, salah satunya adalah lahan pertanian di kawasan Rancaekek.

antisipasi bencana kekeringan 2020

Mirisnya, untuk menghindari gagal panen para petani terpaksa memanfaatkan air sungai untuk mengairi sawah padahal air sungai ini sudah tercemar oleh limbah parik terutama dari Pabrik Kahatex.

Ternyata, Krisis air yang dirasakan oleh saya dan seluruh warga Rancaekek bukan hanya kelangkaan air dimusim kemarau, tapi juga bencana banjir di musim penghujan dan pencemaran air akibat limbah baprik yang banyak berdiri di kawasan ini.

Fakta Tentang Kelangkaan air di Indonesia

Semua mungkin tahu bahwa air merupakan sumber kehidupan, jika hidup tanpa air maka semua makluk hidup akan mati. Sayangnya, di abad 21 saat ini ketersediaan air telah menjadi isu besar di seluruh dunia. Ketersediaan air semakin langka. Ledakan jumlah penduduk yang berkolerasi dengan meningkatnya kebutuhan akan air untuk keperluan domestik sehari-hari maupun untuk kebutuhan industri menjadi salah satu penyebabnya.

Bahkan diprediksi,  kelangkaan air akan menjadi salah satu pemicu konflik antar negara karena adanya perebutan kekuasaan sumber daya air (Martha Jessica, 2017).  Jika beberapa tahun kebelakang konflik antar negara banyak disebabkan oleh perebutan sumber daya mineral maka dalam beberapa tahun ke depan bukan tidak mungkin sumber daya air akan menggantikannya.

Di Negara Indonesia sendiri kelangkaan air sebetulnya sudah  mulai mengancam indonesia sejak pertengahan tahun 90an. Menurut laporan Media Indonesia, di Indonesia khususnya wilayah Jawa, Bali dan NTT telah mengalami defisit air sejak tahun 1995. Sedangkan menurut dokumen Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2040 yang dikeluarkan Oleh Kementerian PPN atau Bappenas, diperkirakan luas wilayah krisis air akan meningkat 3.6% di tahun 2045. Ditahun 2020 saat ini,  Wilayah yang sudah tergolong krisis air adalah wilayah sebagian besar pulau Jawa dan Bali, sementara wilayah sumatera selatan, NTB dan Sulawesi bagian selatan baru akan mengalami krisis di tahun 2045.

Dalam laporan SMI Insight 2017. Sejak tahun 1990  pulau Jawa dan Bali memang telah mengalami defisit neraca air terutama saat musim kemarau. Defisit air tersebut disebabkan oleh pesatnya laju pertumbuhan penduduk di kedua pulau tersebut, saat ini hampir 62% penduduk indonesia perpusat di Jawa dan Bali. Apalagi untuk pulau Jawa, pulau ini tidak hanya sebagai pusat polulasi di indonesia tapi juga sebagai pusat bisnis dan industri sehingga kebutuhan akan ketersediaan air sangat meningkat.

antisipasi bencana kekeringan 2020

Sayangnya kebutuhan air ini tidak dibarengi dengan peningkatan potensi sumberdaya air. Banyaknya pemukiman penduduk, alih fungsi lahan juga pengembilan air tanah dalam jumlah besar dan terus menerus menyebabkan ketersediaan air tanah terus mengalami penurunan. Jika kelangkaan air ini tidak segera diatasi bukan tidak mungkin pada akhirnya nanti manusia dan semua makhluk di bumi akan betul-betul kehabisan air. Ini merupakan acaman mengerikan yang perlu kita waspadai.

Bencana Kekeringan : Dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim

Selain disebabkan oleh laju petumbuhan penduduk dan kebutuhan yang meningkat akan ketersediaan air. Kelangkaan air di Indonesia juga disebabkan oleh kekeringan yang sering mengancam pada musim kemaraun.

Tahun 2019 lalu, Sejumlah wilayah di Indonesia terjadi kemarau panjang. Dilansir dari Kompas.com, kemarau  yang terjadi tahun lalu berlangsung cukup lama yaitu selama 6 bulan, lebih panjang dua bulan dari kondisi kemarau normal.

Bahkan, BNPB menyebutkan bahwa kemarau tahun 2019 merupakan kemarau terparah selama 5 tahun terakhir. Kemarau ini menyebabkan  2.247 Desa di 95 Kabupaten atau 7 Provinsi di Indonesia dilanda kekeringan, 20.269 hektar sawah berpotensi puso atau gagal panen, serta menyebabkan terjadinya Kalhutra cukup parah di wilayah sumatera.Pada periode Karhutla Agustus – Oktober 2019, BMKG mencatat konsentrasi debu polutan berukuran kurang dari 10 mikron (PM10) di wilayah Sumatera menunjukkan kecenderungan tinggi.


Kemarau yang terjadi begitu panjang dan berdampak buruk ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim. Perubahan iklim akibat pemanasan global yang berasal dari aktivitas manusia  menyebabkan pergeseran musim dan mempengaruhi anomali iklim seperti terjadinya EL-Nino. Fenomena El-Nino ini menyebabkan beberapa daerah terjadi kemarau lebih panjang dan curah hujan semakin pendek.

Selain itu daya serap tanah akibat berkurangnya hutan karena fungsi lahan dan semakin padatnya pemukiman penduduk juga memperparah kondisi ini. Di musim hujan, tanah yang seharusnya bisa menyerap air tidak bisa mempertahankan fungsi alaminya.Sehingga semua air hujan di dataran tinggi terus mengalir ke hilir, sungai meluap karena tidak mampu menampung air lalu menyebabkan banjir. Ini yang menjadi penyebab kekeringan dan kelangkaan air di musim kemarau dan banjir di musim penghujan terus terjadi berulang-ulang di indonesia.

Ilustrasi proses pemanasan global akibat efek rumah kaca (http://ditjenppi.menlhk.go.id/)

 

Sosialisasi dan edukasi tentang kelangkaan air sebagai langkah awal mengantisipasi ancaman bencana kekeringan

Meskipun fenomena mengenai kelangkaan air dan ancaman bencana kekeringan sudah terjadi di indonesia. Nyatanya masyarakat masih belum menyadari betul akan hal ini, oleh karenanya sosialisasi agar ancaman bencana ini bisa dihindari atau diminimalisir perlu terus digalakan.

Sosialisasi mengenai kelangkaan air  dan ancaman kekeringan dapat dilakukan melalui beragam cara, salah satunya melaui media digital dan internet yang bisa menjangkau lebih banyak audience.

Seperti yang dilakukan oleh Kantor Berita Radio atau KBR melalui podcast dalam acara Ruang publik KBR. Dalam podcast yang bertajuk Antisipasi Ancaman Bencana Kekeringan 2020 ini KBR menghadirkan dua narasumber yaitu Muhammad Reza  selaku Koordinator Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air ( KruHA) dan Cak Purwanto selaku Founder Yayasan Air Kita Jombang.

Dalam taklshow ini Muhammad Reza membahas mengenai fakta-fakta  tentang krisis air yang menimpa dunia dan indonesia.Yang paling menarik adalah saat beliau menyampaikan tentang cara pandang masyarakat terhadap krisis air. Menurutnya ketika  membahas krisis air sebetulnya kita tidak hanya membahas tentang kelangkaan saja. Setidaknya ada dua pandangan tentang krisis air yang menimpa indonesia dan juga dunia, dua pandangan tersebut adalah :

  1. Kelangkaan

Pandangan pertama yang umumnya dipahami oleh masyarakat yaitu air menjadi langka karena kurang di siplin dalam penggunaannya. Dan solusi atas kelangkaan air ini adalah dengan intensitasi produksi.Padahal faktanya produksi air tidak bisa ditambah, karena air jumlahnya selalu konstan dan dibuat secara alamiah melalui mekanisme alam.

  1. Ketidakadilan

Pandangan yang kedua adalah mengenai ketidakadilan. Ada daerah-daerah yang memiliki air berlimpah ada juga daerah yang sering mengalami kelangkaan air. Meskipun pada daerah yang mengalami langka air penyebabnya  lbih besar pada faktor geologi tanah. Namun seharusnya untuk daerah-daerah yang jadi sumber mata air, sumber dayanya jangan dirusak. Ketika sumber daya ini dirusak maka air yang melimpah lama-lama akan habis dan tidak bisa didisribusikan untuk membantu daerah yang mengalami kelangkaan air.

Contoh lain mengenai ketidakadilan dalam krisis air adalah adanya Privatisasi Air. Dimana sumber air dikelola dan dimiliki oleh kelompok tertentu untuk di komersialisasi, komersialisasi ini menjadikan air yang seharusnya menjadi hak masyarakat tidak lagi bisa dinikmati secara gratis dan ini termasuk dalam pelanggaran hak asasi manusia.

Usai menyimak pembahasan diatas, secara pribadi saya jadi tahu dan faham bahwa air itu jumlahnya ternyata selalu konstan dan hanya diproduksi secara alamiah oleh alam. Dan juga ternyata banyak sekali saudara-saudara di daerah lain yang lebih kesulitan terhadap akses air bersih. Dua hal ini jadi mengubah cara pandang saya tentang penggunaan air di rumah dan jadi tergerak untuk lebih menghemat air.

Masih membahas mengenai pocastd diatas, Senada dengan apa yang disampaikan oleh Muhammad Reza, Cak Purwanto yang juga menjadi narasumber pada podcast ini menyampaikan fakta mengenai krisis air yang terjadi di daerahnya yaitu di Gombong,  Jawa Timur. Gombong merupakan daerah yang sering mengalami kekeringan dan krisis air, dan menurut Cak Purwanto krisis air di Gombong sebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

  1. Perubahan iklim
  2. Faktor geologi yaitu kondisi tanah
  3. Ulah oknum yang merusak lingkugan akibat alih fungsi hutan yang berpengaruh pada kualitas air

Melihat fenomena bencana yang terjadi di daerahnya. Cak Purwanto yang merupakan putra asli Jombang lalu tergerak untuk mendirikan Yayasan Air Kita. Sebuah yayasan sosial yang berfokus pada edukasi pelestarian air melalui sektor pendidikan. Dalam kegiatannya Yayasan Air Kita melakukan edukasi dalam tiga kegiatan besar, yaitu :

  1. Mendirikan Pondok  bagi anak usia dini hingga SMA. Untuk dapat menanamkan cinta lingkungan pada generasi muda, Yayasan Air Kita berusaha memasukan pembelajaran menganai pelestarian air dan juga pemanfaatan air hujan pada materi pembelajarannya.
  2. Selain melalui pondok, edukasi juga dilakukan melalui jalur kesenian. yaitu dengan membentuk kelompok kesenian bersama Republik Air Indonesia dan juga melalui pertunjukan Wayang Geber.
  3. Untuk mengedukasi masyarakat yang lebih luas, Yayasan Air Kita juga memiliki kegiatan kampanye tahunan melalui pendekatan budaya yaitu dengan menyelenggarakan Festival Shalawatan Air Hujan. Festival ini berisi banyak kegiatan seperti workshop, pengajian, diskusi dan pertunjukan seni yang bertujuan untuk mengkampanyekan mengenai pentingnya pelestarian air.

Luarbiasa sekali gebrakan yang dilakukan oleh Cak Purwanto, melalui apa yang disampaikan beliau dalam podcast ini semoga semakin banyak masyarakat yang teredukasi tentang fakta krisis air di indonesia dan semoga juga semakin banyak yang tergerak untuk ikut andil dalam melestarikan air.

Melalui podcast ini kedua narasumber juga memberikan beberapa saran berupa langkah yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi bencana kekeringan yang mungkin akan terjadi kembali tahun 2020 ini. Langkah antisipasi tersebut dapat disimak berikut ini.

Langkah yang perlu dilakukan bersama untuk mengantisipasi ancaman bencana kekeringan

Seperti yang disampaikan Muhammad Reza, bahwa untuk menghadapi kelangkaan dan ancaman kekeringan  tidak hanya masyarakat dan juga komunitas yang perlu bergerak, tapi pemerintah juga perlu ikut turut serta. Mengapa pemerintah perlu turut serta ? karena nyatanya saat ini kerusakan-kerusakan sumber air tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang kurang tegas dalam menindak oknum-oknum perusak lingkungan.

Sebaik apapun masyarakat melakukan green lifestyle sebagai aksi nyata dalam pelestarian lingkungan dan sumber daya air, atau segiat apapun komunitas melakukan gerakan edukasi ke masyarakat jika tidak dibarengi dengan aksi pemerintah yang membuat kebijakan, ancaman kelangkaan air dan kekeringan tidak akan dapat diatasi secara signifikan.

Nah sesi akhir ini saya akan merangkum beberapa langkah  yang bisa kita dilakukan bersama-sama  untuk ikut ambil bagian dalam mengantisipasi kekeringan dan juga sebagai upaya pelestarian air dan lingkungan, beberapa langkah tersebut adalah :

1.Mendorong pemerintah selaku pemangku kebijakan untuk secara tegas memberlakukan aturan tataguna lahan

Memberlakukan aturan secara tegas ini baik itu pada hutan maupun pada sumber daya mata air. Melalui aturan yang dibuat dan diberlakukan secara tegas diharapkan hutan dan sumber mata air dapat menjaga ketersediaan air saat musim kemarau melanda sehingga bencana kekeringan dapat dihindari

2.Memampung dan memanfaatkan air hujan untuk digunakan sebagai cadangan air saat kemarau tiba

Agar penampungan air hujan ini menjadi efektif, pemerintah   perlu melakukan revitalisasi terhadap waduk, embung, situ dan lainnya agar daya tampung air hujan jumlahnya bisa  lebih banyak dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat saat musim kemarau tiba.

3. Menggerakan masyarakat untuk lebih mandiri mengusahakan cadangan air dipermukaan

Mengusahakan cadangan air di permukaan ini fungsinya untuk menyerap air agar masuk ke dalam tanah sehingga saat musim kemarau melanda air tanah tidak kering. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menamanam 1 pohon pada tiap rumah, membuat sumur resapan dan membuat lubang-lubang biopori.

4.Melakukan aksi hemat air secara konsisten

Langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah melakukan aksi kecil namun bisa berdampak nyata. Sebagai upaya menghemat anugarah alam yaitu air yang semakin langka. Langkah tersebut adalah dengan  melakukan aksi hemat air. Beberapa aksi hemat air yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :

(Sumber: solopos.com)

  • Memanfaatkan kembali air bekas pakai

Air bekas cucian sayur saat memasak, menampung aliran air keran dengan ember  saat wudhu, atau menggunakan detergen organik seperti lerak saat mencuci pakaian sehingga airnya tidak tercemar. Air bekas pakai ini bisa dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman atau dipakai untuk mengepel lantai. Jadi air bersih yang dipakai untuk keperluan sehari-hari bisa jauh lebih hemat.

  • Matikan keran saat menyikat gigi dan mencuci tangan

Mematikan keran yang mengalir saat menyikat gigi atau saat mencuci tangan  adalah kebiasaan kecil yang perlu terus dilakukan agar bisa menjadi habbit.

  • Gunakan shower saat mandi dan usahakan mandi secepatnya agar air yang dipakai tidak terlalu banyak

Mandi adalah kegiatan sehari-hari yang cukup memerlukan banyak air, agar penggunaannya lebih hemat coba gunakan shower lalu bergegas mandi supaya air yang dipakai tidak semakin boros.

  • Usahakan mencuci baju dalam jumlah banyak

Mencuci juga merupakan kegiatan rumah tangga yang butuh banyak air, mencuci sekalian dalam jumlah banyak bisa meminimalisir penggunaan air secara berulang-ulang untuk aktivitas yang sama.

5.Menerapkan zero waste  

Mencoba menerapkan zerowaste dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik, memakai kantong belanja  sendiri saat berbelanja, memisahkan sampah organik dan anorganik, belajar mengompos untuk mengembalikan fungsi tanah bisa jadi salah satu langkah untuk mengurangi kelangkaan air. Perlu di ingat bahwa kemarau dan kekeringan juga disebabkan oleh pemanasan global, tumpukan sampah plastik bisa menghasilkan gas rumah kaca yang akan berdampak pada pemanasan global yang semakin meningkat.

Jadi , itulah beberapa  langkah yang bisa dilakukan bersama-sama oleh masyarakat, komunitas maupun pemerintah sebagai antisipasi bencana kekeringan juga untuk melestarikan air. Pada akhirnya, aksi nyata yang kita lakukan sebagai upaya untuk mencegah ancaman bencana ini adalah aksi yang kita lakukan untuk menyelamatkan kehidupan kita kini dan juga kehidupan anak cucu kita  nantinya.

***

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini 

 

Referensi :

Jessica, Martha. 2017. Isu Kelangkaan Air dan Ancamannya terhadap Keamanan Global. Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi. 7(2).1

Dwiratna, Shopia, Boy Macklin Pareira, Dwi Rustam Kendarto. 2018. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Air Banjir menjadi Air Baku di Daerah Rawan Banjir. Jurnal Aplikasi Iptek untuk Masyarakat. 7(1).1

https://republika.co.id/berita/pv1c96423/120-hektare-lahan-di-kabupaten-bandung-alami-kekeringan

https://mediaindonesia.com/read/detail/122083-jawa-bali-nusa-tenggara-defisit-air-sejak-1995

https://www.ptsmi.co.id/wp-content/uploads/2017/07/SMI_Insight_Q2_2017_IND.pdf

https://www.bappenas.go.id/files/rpjmn/Narasi%20RPJMN%20IV%202020-2024_Revisi%2028%20Juni%202019.pdf

https://www.cnbcindonesia.com/news/20190520141416-4-73589/mengerikan-kelangkaan-absolut-2040-krisis-air-di-pulau-jawa

https://sains.kompas.com/read/2019/12/31/200500823/6-fakta-kemarau-panjang-dan-kekeringan-parah-tahun-2019?page=3

https://monitor.co.id/2019/08/28/bencana-kekeringan-di-indonesia-tahun-2019/

Semua referensi  diakses 2 Juni 2020

 

 

 

 

 

 

 

15 thoughts on “5 Langkah mengantisipasi ancaman bencana kekeringan tahun 2020

  1. Luar biasa dampak kelangkaan air untuk kehidupan manusia. Sudah saatnya kita menerapkan langkah-langkah di atas untuk menjaga sumber daya air bersih.

  2. Hanya berharap dunia semakin membaik. Mengenai kebutuhan air memang yang paling utama. Tapi kadang beberapa pihak nggak mau perduli sama keberlangsungannya.

    Semoga setiap rencana antisipasi kekeringan bisa terlaksana ya, Mbak.

  3. Ini tips nya bermanfaat mbak. Saya tinggal di kota yang rawan kekeringan saat musim kemarau berkepanjangan. Saya di Wonogiri, mbak. Jawa Tengah.
    Kalau di desa saya sih tidak parah kekeringannya. Tapi di pedesaan di wilayah selatan kabupaten. Kekeringan bisa terasa sekali. Sampai perlu didatangkan bantuan bantuan mobil tanki air bersih. Hemat air memang sangat penting.

    1. Waah Mba kita satu kampung halaman. Orangtua saya juga asal wonogiri. Betul Mba hemat air amat sangat penting

  4. Bener banget ya mba, makin ke sini bumi berasa Makin panas. Nggak heran kalo makin banyak anomai cuaca. Ada yg kebanjira, disisi lain ada yg kekeringan parah. Sudah wajib hukumnya kita mulai menyayangi bumi dan melakukan oenghematan di segala bidang, termasuk air.

  5. Saya baru sadar akan adanya bahaya kelangkaan air ini mengancam di Indonesia. Sebab yg saya tahu curah hujan di Indonesia cukup tinggi. Luar biasa. Semoga Indonesia bisa bertahan dengan iklim macam apapun ya.

    1. Iya Mba curah hujan cukup tinggi tapi airnya tidak bisa diserap tanah jadinya pas musim hujan banjir pas kemarau kering air tanahnya hikss sedih ya

  6. Disiplin cara penggunaan air ini memang sering dianggap enteng padahal akan berakibat kepanjangan bila tidak disiplin. Terimakasih info dan tipsnya

  7. Jakarta termasuk yang mulai mengalami krisis air bersih. Air tanah makin susah, air PAM juga gak bagus2 amat. Nah, air tanah ini sebenarnya yg masih lumayan bagus cuma dampaknya emang kurang baik kalau terus2 dibor. Apalagi masuk musim kemarau kayak gini, makin susah. Harus semakin berhemat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *